Friday, January 10, 2014

Chemistry : Penggunaan Bahan Kimia pada Kehidupan Sehari-hari


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali muncul produk-produk yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Produk-produk tersebut biasanya membantu pekerjaan rumah tangga. Disamping membantu produk itu mengandung bahan kimia atau zat berbahaya yang tak banyak diperhatikan oleh konsumen. Bahan kimia yang terkandung itulah yang dapat membahayakan manusia dan lingkungannya.
Dampak pada produk di kehidupan sehari-hari yang mengandung bahan kimia seperti sabun mandi, sabun cuci/ deterjen, pemutih pakaian, pasta gigi, pewangi dan pelembut pakaian, bahan kosmetik, shampoo, obat kumur dan lain-lain hanya dipandang positif sebagaimana fungsinya.
Namun faktanya dampak negative juga ditimbulkannya. Limbah produk yang tidak dapat ditanggulangi dapat mencemari air sungai, air tanah, bahkan mencemari tanah. Bisa dihitung dengan jari konsumen yang memikirkan dampak terhadap lingkungan sebelum memilih produk berbahan kimia.
Untuk mengetahui produk yang aman, tentu konsumen haruslah mengetahui apa saja yang terkandung didalam produk dan dampaknya. Hendaknya memilih produk yang aman dipakai dan aman terhadap lingkungan. Karena apa yang bagus belum tentu baik. Sama halnya dalam memilih produk berbahan kimia.

1.2. Tujuan Penulisan

Paper atau karya tulis ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
·         Tujuan Umum
1.      Dapat mengetahui pengertian Deterjen
2.      Mengetahui fungsi umum dari Deterjen
3.      Mengetahui campuran isi daripada Deterjen
4.      Mengetahui secara rinci uraian zat kimia yang terkandung dalam Deterjen
5.      Mengetahui bentuk dan macam-macam Deterjen

 
·         Tujun Khusus
1.      Untuk melengkapi tugas-tugas Kimia dari guru pembimbing.
2.      Untuk salah satu syarat memperoleh nilai Kimia.
3.      Untuk Tugas akhir Semester.



1.3. Rumusan Masalah

a.        Apa yang dimaksud dengan Deterjen?
b.      Apa saja fungsi umum dari Deterjen?
c.       Apa saja campuran isi daripada Deterjen?
d.      Bagaimana uraian zat kimia yang terkandung?
e.       Bagaimana bentuk dan macam-macam Deterjen?

1.4. Metoda Kerja

·         Metoda Deskriptif : Berdasarkan sumber data dan menganalisis data itu apa adanya.
·         Metoda Komparatif : berdasarkan perbandingan beberapa sumber data yang diperoleh.

1.5. Kerangka teori

1.      Faktor Pengetahuan
2.      Faktor produsen
3.      Faktor Sifat bahan

1.6. Hipotesis
Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia. Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat. Pembersihan benda padat adalah penyingkiran benda yang tak diinginkan dari permukaannya. Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:
1.       Surfaktan
2.       Builder
3.       Filler
4.       Aditif



BAB II
ISI

2.1  Pengertian Deterjen

Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat. Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an

2.2  Fungsi Deterjen

Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat. Pembersihan benda padat adalah penyingkiran benda yang tak diinginkan dari permukaannya. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain pemisahan mekanik sederhana (misalnya mengucek dan mencelupkan kain ke air), pemisahan dengan pelarut (misalnya penambahan pelarut organik), dan pemisahan dengan menambahkan air dan bahan kimia seperti surfaktan.

2.3   Campuran isi Deterjen

Secara umum, formula deterjen yang mengandung lebih dari satu komponen terdiri dari surfaktan, builder, dan aditif. Surfaktan dalam deterjen berguna untuk mempengaruhi sudut kontak sistem pencucian, sedangkan builder memiliki fungsi untuk membantu efisiensi surfaktan dalam proses pembersihan kotoran. Salah satu kemampuan buider yang penting dan banyak digunakan adalah untuk menyingkirkan ion penyebab kesadahan dari cairan pencuci dan mencegah ion tersebut berinteraksi dengan surfaktan. Hal ini dilakukan karena interaksi tersebut akan menyebabkan penurunan efektivitas pencucian. Secara umum, builder memberikan alkalinitas ke cairan pencuci sehingga berfungsi juga sebagai alkali. Selain itu, builder juga memberikan efek anti-redeposisi. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan seterusnya, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Aditif ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.

2.4  Zat kimia yang terkandung pada Deterjen

·         SURFAKTAN
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a.        Anionik :
1)      Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
2)      Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
3)      Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b.      Kationik : Garam Ammonium
c.       Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d.      Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
·         BUILDER
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Contohnya :
a.       Fosfat :
1)      Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b.       Asetat : 
            1)      Nitril Tri Acetate (NTA) 
           2)      Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c.       Silikat : Zeolit
d.      Sitrat : Asam Sitrat
Builder yang banyak di gunakan adalah sebagai berikut :
1.      Zeolit (Na2Ox.Al2O3y.SiO2z.pH2O). Zeolit berfungsi sebagai builder penukar ion. Zeolit yang banyak digunakan adalah zeolit tipe A. Ion natrium akan dilepaskan oleh kristal zeolit dan digantikan dengan ion kalsium dari air sadah. Hal ini akan menyebabkan penurunan kesadahan dari air pencuci.
2.      Clay. Clay, seperti kaolin, montmorilonit, dan bentonit juga dapat digunakan sebagai builder. Natrium bentonit, misalnya dapat melunakkan air akibat kemampuannya menyerap ion kalsium. Namun, clay dipertimbangkan sebagai bahan yang memiliki efektivitas pelunakkan air yang lebih rendah dibandingkan zeolit tipe A. Penggunaan clay sebagai builder juga memiliki nilai tambah lain. Clay montmorilonit, misalnya, dapat berfungsi sebagai komponen pelembut. Komponen ini akan diserap dan difilter ke dalam pakaian selama proses pencucian dan pembilasan.
3.      Nitrilotriacetic acid. Senyawa N(CH2COOH)3 atau biasa disebut NTA ini, merupakan salah satu builder yang kuat. Senyawa ini merupakan tipe builder organik. Namun, penggunaaannya memiliki efek samping pada kesehatan dan lingkungan.
4.      Garam netral. Natrium sulfat dan natrium klorida merupakan garam-garam netral yang dapat digunakan sebagai builder. Selain itu, senyawa-senyawa ini juga dipertimbangkan sebagai filler yang dapat mengatur berat jenis deterjen. Natrium sulfat juga dapat menurunkan Critical Micelle Concentration (CMC) dari surfaktan organik sehingga konsentrasi pencucian efektif dapat tercapai.

·         FILLER
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
·         ADITIF
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Berikut adalah bahan Aditif organik yang dapat digunakan pada Deterjen :
1.      Na-CMC. Natrium Carboxyl Methyl Cellulose sebagai aditif berfungsi sebagai agen anti-redeposisi yang paling umum digunakan pada kain katun. Namun, senyawa ini tidak berfungsi baik pada serat sintetis.
2.      Blueing Agent. Blueing agent memiliki fungsi untuk memberi kesan biru pada kain putih sehingga kain akan terlihat semakin putih. Selain itu, blueing agent juga dapat memberi kesan warna yang lembut.
3.      Fluorescent. Fluorescent merupakan agen pemutih yang pertama kali dikombinasikan dengan deterjen pada tahun 1940. Agen ini akan menyerap radiasi ultraviolet dan mengemisi sebagian energi radiasi tersebut sebagai sinar-sinar biru yang tampak. Konsentrasi aditif harus diperhatikan dalam penggunaannya karena jika konsentrasi aditif yang digunakan salah, fluoroecent tidak akan memberikan efek absorbsi sinar ultraviolet.
4.      Proteolytic enzyme. Proteolytic enzyme banyak digunakan pada formula deterjen. Tujuan penggunaannya adalah untuk mendegradasi bercak-bercak pada substrat yang dapat didegradasi oleh enzim. Penggunaan aditif ini membutuhkan waktu lebih lama daripada aditif lainnya karena merupakan bioteknologi. Enzim-enzim yang dapat digunakan sebagai aditif antara lain enzim amilase, trigliserida, dan lipase.
5.      Bleaching agent. Bleaching agent anorganik yang banyak digunakan dalam formula deterjen adalah natrium perborat. Pada temperatur pencucian yang tinggi, sekitar 70-80 derajat Celcius, senyawa ini akan memucatkan (efek bleaching) bercak-bercak seperti bercak wine dan buah-buahan secara efektif. Namun, untuk memenuhi syarat lingkungan, sebbelum dibuang, air sisa cucian harus didinginkan hingga temperatur di bawah 50 derajat Celsius. Bleaching agent organik yang juga dapat digunakan adalah TAED (Tetra Acetyl Ethylene Diamine). Senyawa ini efektif digunakan pada temperatur pencucian 50-60 derajat Celcius.
6.      Foam Regulator. Foam regulator seperti amin oksida, alkanolamida, dan betain terdapat dalam produk deterjen jika jumlah busa yang banyak diinginkan sehingga aditif ini umumnya ditemui pada cairan pencuci tangan dan sampo.
7.      Organic sequestering. Aditif ini berfungsi untuk memisahkan ion logam dari bath deterjen. Beberapa aditif yang berfungsi sebagai organic sequestering adalah EDTA dan nitrilotriacetic acid.
Aditif organik dalam deterjen juga dapat ditambahkan untuk meningkatkan daya cuci. Peningkatan daya cuci yang dimaksud dapat meliputi beberapa hal, yaitu:
1.      Menurunkan pengendapan kembali kotoran
2.      Meningkatkan efek whiteness dan brightness
3.      Meningkatkan kemudahan terlepasnya kotoran
4.       Menurunkan atau menigkatkan pembusaan seperti yang diinginkan
5.      Menaikkan tingkat kelarutan deterjen (Jika deterjen semakin larut, maka fungsi pencucian juga meningkat)
6.      Menaikkan daya dorong terhadap logam-logam
7.      Menurunkan injury (misalnya iritasi pada kulit manusia, barang atau kain, dan mesin)
2.5   Daya Kerja Deterjen

Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.
Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.
Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.
Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.
Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.
Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.

2.6   Bentuk Deterjen
·         Bubuk
·         Padat
·         Cair
2.7   Berbagai macam merk Deterjen yang ada di pasaran Indonesia



·         Daia
·         Surf
·         Rinso
·         B-29
·         Attack
·         Bu Krim
·         Ekonomi
·         Total
·         Boom
·         Waw!
·         Wings
·         So Klin Deterjen



BAB III
PENUTUP

3.1. Solusi

Gunakanlah deterjen yang ramah lingkungan, yang tidak menimbulkan banyak kerugian terhadap konsumen, dan yang aman di aplikasikan terhadap pakaian. Karena selain nyaman digunakan juga tidak menggangu keseimbangan lingkungan.

3.2. Saran

Pintar-pintarlah memilih produk agar tidak menimbulakan dampak negatif. Tularkanlah wawasan anda tentang bahaya, dan dampak deterjen serta ajaklah orang lain untuk ikut berhati-hati dalam memilih deterjen.

3.3. Kesimpulan

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan deterjen telah akrab dengan kehidupan sehari-hari. Deterjen sangat dibutuhkan dalam hal kebersihan busana. Namun terdapat beberapa deterjen yang diproduksi oleh oknum nakal sehingga deterjen yang diproduksi menggunakan bahan berbahaya bagi konsumen itu sendiri dan keseimbangan lingkungan yang kian memburuk.
Namun anda dapat memilih dan memilah deterjen yang aman, untuk melindungi ekosistem. Pilihlah berdasarkan segi keamanan, kenyamanan dan daya kerja deterjen seperti pembahasan sebelumnya.
           
Daftar Laman


No comments :